Pertumbuhan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) saat ini sangat menggembirakan, hal ini
dikarenakan perhatian berbagai pihak terhadap sektor UMKM sangat tinggi.
Pendapatan dari usaha mikro kecil dan menengah cukup menjanjikan dibandingkan
harus menjadi karyawan. Namun, pendapatan yang menjanjikan tersebut dapat
diperoleh dari pengelolaan keuangan yang baik, salah satunya dengan cara membuat pembukuan yang lengkap mengenai keuangan usahanya.Terkadang dalam usaha kecil,
keuangan usaha bercampur dengan keuangan pribadi, pemasukan dan pengeluaran pun
tidak dibukukan tetapi hanya diingat. Hal tersebut sangat tidak baik bagi suatu
usaha, sehingga usahanya tidak berkembang bahkan bisa mengalami kebangkrutan.
Membuat pembukuan yang lengkap mengeni keuangan, baik
itu cash flow (uang masuk/keluar),
catatan omzet harian, mingguan, dan bulanan, catatan pembelian usaha. Tidak
peduli seberapa kecil usaha yang telah dimulai, persiapkanlah pencatatannya
atau pembukuannya dengan baik agar jika suatu hari nanti usaha itu menjadi besar, sudah terbiasa.
Sebenarnya, selain untuk alasan di atas, pencatatan
keuangan sangat diperlukan untuk
mengukur kinerja dan target usaha apakah sudah tercapai atau belum. Banyak usaha
yang bangkrut padahal sebenarnya berpotensi
menjadi besar, hanya karena masalah pencatatan keuangan usahanya.
Salah satu kelemahan UMKM dan UKM sejenis adalah
soal pengelolaan keuangan. Mengatur keuangan usaha ini menjadi masalah
yang sangat rumit bagi pengusaha pemula dan pemilik UMKM
Sulitkah melakukan pencatatan dan mengatur keuangan
usaha ?
Bisa ya, bisa tidak, tapi semua harus dimulai, walaupun dengan cara paling sederhana sekalipun.
Apa saja yang perlu dicatat atau dibukukan dalam mengelola
keuangan usaha UMKM secara sederhana?
Sebenarnya sangat simpel dan mudah asal kita mau melakukannya.
Hal yang perlu disiapkan setidaknya buatlah 5 buku akun atau buku rekening atau
bahasa mudahnya buku catatan terpisah tiap-tiap transaksinya, diantara :
1.
Buku arus kas atau buku kas
Catatan keluar masuk uang secara riil. Isinya hanya catatan uang keluar
dan masuk saja. Dari pos mana pun.
2.
Buku persediaan barang
Catatan untuk setiap pertambahan barang masuk karena pembelian ke
supplier yang kita lakukan dan berkurangnya barang karena laku terjual.
3.
Buku pembelian dan penjualan
Catatan uang keluar karena pembelian barang yang dilakukan. Nilai
rupiahnya. Catat nilai rupiahnya setiap melakukan pembelian barang ke supplier. Catat
juga uang masuk karena penjualan. Buku ini bisa juga menjadi ringkasan dari buku kas. Tapi, khusus
pembelian dan penjualan saja. Kumpulkan data dari buku kas harian, masukan ke
buku ini. Dengan buku ini, bisa memantau berapa besar pembelian dan berapa
besar penjualan (omzet), dan selisihnya langsung menjadi laba kotor sebelum
dikurang biaya-biaya.
4.
Buku hutang piutang
Catatlah hutang pelanggan dan piutang usaha ke pihak supplier.
5.
Buku biaya dan pendapatan lain selain dari
penjualan barang/jasa
Catatlah biaya-biaya dan pendapatan lain harus dikumpulkan dalam sebuah
akun/buku tersendiri. Ini penting untuk mendapatkan data laba bersih.
Biaya-biaya itu seperti listrik, telepon, pengemis dsb. Sedangkan pendapatan
lain itu misalnya menjual kardus bekas, parkir, dsb.
Selamat mencoba, semoga sukses!